Rabu, 31 Maret 2010

Edisi 34

W. Haryanto
(Surabaya)

Ranti, Di Bali, Orang Tak Perlu Mati

--sesudah bom, 1/10/2005

1.

aku tak pernah tahu. Bersama belibis
malam patah. Lalu seorang bocah buru-buru
mencari kemah,
kupu-kupu melempar warna. Dan angin yang
tak pernah gentar, membentuk kincir
ketakutanku. Laut yang pertama

Kabut itu. Gemuruh itu!

Seorang ibu acuh membaca almanak,
dan esoknya ia gemas pada gerak samar
angin. Ya. Tak ada penghubung
antara cerita dan pergantian waktu….

2.

di simpang tunjungan….kesepianku,
mata miskin yang mencari. Kemunafikan
begitu menghanyutkan layaknya simfoni
angin. Ketika roda sejarah mengepulkan
lolongan anjing liar—mencariku,

mencari-cari dalih pada tetesan air
seperti nostalgia kematian anak-anak mendung,
Kawanan elang terbentuk, dan aku buta seperti
lukisan tanpa warna. Tiada jawab, lalu bunyi seruling

berpaling. Pada puisi yang membosankan
yang kutiup, yang sehijau warna pohon,

Ingatanku busuk ke malam tanpa bulan, Kekal,
dan peluru tak punya kupu… kesepianku,
magrib yang bersiul, ke letak sumur, lalu
orang paro baya melempar anaknya
ke dalam kereta: kupu-kupu bubar silih
menyisih seperti perempuan sundal
menunggu tumpangan,”belikan aku
sepenggal kelu, juga bunga batu
yang menekuk lutut.”

segera merah, tatap yang berpacu dengan
tali kekang, berputar-putar. Pilihanmu, melulu
mata yang ingin tahu. 3 jam 3 menit,
di stasiun Tugu—”adik, aku cuma
punya recehan.”

(Surabaya, 11 Juni 2005)


Wilson Tjandinegara
(Tangerang)

Jangan Kira

Jangan kira
Jakarta penuh pencakar langit
Serba indah gemerlap
Justru di pusat kota
Ada sudut-sudut tersembunyi
Nampak wajah kumuh...


Lokasi : Kali Angke, Jakarta Barat

Yadi Mulyadi
(Bandung)

Misteri Embun Pagi

pagi itu telah kupotong lidah yang telah lama menjulur
menambah bisa yang tersimpan dalam goa berlumut,
pisau dengan hunusannya menyimpan jutaan rahasia
tentang misteri. aku pun terpanggil. menjerit dalam batas
keheningan dan kesenyapan. tanpa berucap

ribuan kata ternyata telah membangkitkan potongan
lidah yang baru tadi pagi telah kupotong. sambil tak
henti-hentinya berbicara. tanpa dirinya, ia berucap.
menambah irama yang terus mengalun dari arah yang sama.

panyawangan, 2005

Tidak ada komentar: